Ditulis oleh Ramadhan  wahyu
Partikel  banyak perlu dipertimbangkan secara umum untuk penerapan fungsi  gelombang pada masalah-masalah kimia. Dalam usaha untuk melihat secara  umum aplikasi pada sistem molekul, marilah kita untuk pertama kalinya  mempelajari sistem dengan 2 partikel. Masalah dalam sistem 2 partikel  dapat direduksi menjadi masalah satu partikel, ketika gerak relatif dan  gerak titik pusat gravitasinya terpisah.
(a) Pemisahan gerak relatif dari gerak translasi.
Marilah kita mengandaikan bahwa energi untuk dua partikel E dinyatakan sebagai penjumlahan energi kinetik E
1 dan E
2 untuk partikel dan U untuk energi potensial,

(1.66)
dimana
dan m
i, V
i  adalah masa dan kecepatan dari masing-masing partikel ke-i (i = 1 atau  2). Koordinat untuk pusat gravitasi (X, Y, Z) berhubungan dengan  koordinat dari masing-masing partikel (x
i, y
i, z
i).

(1.67)
Karena kecepatan partikel 
Vi  adalah sebuah vektor yang terdiri dari turunan terhadap waktu dari  koordianat kartesian untuk partikel, kecepatan untuk pusat gravitasi 
VG dinyatakan dengan kecepatan masing-masing partikel sebagai berikut.
Koordinat relatif dapat diperkenalkan sebagai posisi dari partikel kedua terhadap partikel pertama

(1.68)
Kecapatan relatif 
V, yang didefinisikan sebagai turunan terhadap waktu dari posisi relatif, diberikan oleh

(1.69)
Gerak  dari pusat gravitasi yang bebas terhadap gerak relatif antara partikel  berhubungan dengan gerak paralel yang menjaga geometri relatif antara  partikel dan disebut sebagai gerak translasi atau translasi.
Gambar 1.15 Gerak relatif dari sistem dengan 2 partikel (a) Gerak rotasi dengan r tetap (b) gerak vibrasi..
Energi dari sistem dengan 2 partikel dapat dinyatakan sebagai penjumlahan dari energi untuk gerak relatif dan translasi.

(1.70)
Suku  pertama menyatakan energi kinetik dari translasi dan suku kedua  menyatakan energi kinetik dari gerak relatif di mana ? adalah masa  tereduksi yang didefinisikan dalam rumus berikut.

(1.71)
Karena  kita dapat memilih sebuah sistem koordinat sembarang, gerak dari sistem  dengan 2 partikel terhadap koordinat yang tetap pada pusat gravitasi  dapat dengan sederhana dinyatakan sebagai

(172)
Di mana 
V = 0 . Ini adalah energi dari partikel dengan masa ? dan dengan kecepatan 
V  bergerak dalam energi potensial U. Karenanya, gerak dari sistem dengan 2  partikel dapat direduksi menjadi sistem satu partikel dengan masa  tereduksi ?. Dengan demikian, Hamiltonian dari gerak relatif pada sistem  ini dapat dinyatakan dengan sebuah Laplacian berikut

(1.73)
(b) Pemisahan rotasi dan vibrasi
Gerak  relatif dari sistem dengan 2 partikel dapat dibagi menjadi rotasi dan  vibrasi. Gerak rotasi dapat dibayangkan sebagai rotasi dari sebuah 
dumbbell.  Sebuah prototipe dari gerakan vibrasi adalah vibrasi dari 2 buah bola  yang dihubungkan dengan sebuah pegas sebagaimana ditunjukkan dalam  gambar 1.15. Sudut-sudut adalah variabel yang cocok untuk gerak rotasi.  Marilah kita mentransformasi koordinat kartesian ke dalam koordinat  polar dengan menggunakan (
r ,? ,?) dalam 3 dimensi sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 1.16.

(1.74)
r  adalah jarak dari titik asal koordinat dan disebut sebagai jarak  radial. ? adalah sudut inklinasi dari sumbu-z dan disebut sebagai sudut  polar. ? adalah sudut yang mengelilingi sumbu-z dan disebut sebagai  sudut azimut. Arientasi spasial dinyatakan dengan dua sudut yaitu ? dan  ?. Dalam sistem koordinat polar, variasi pada sudut (? dan ?) dan jarak  (r) masing-masing menyatakan gerak rotasi dan gerak vibrasi. Dalam  koordinat kartesian, rotasi dan vibrasi tidak dapat saling dipisahkan.
Gambar 1.16 Koordinat polar.
(c) Persamaan gelombang dalam koordinat polar
Laplacian untuk gerak relatif dari sistem 2 partikel diberikan oleh

(1.75)
? adalah sebuah operator untuk sudut dan disebut sebagai Legendrian

(1.76)
Dengan menggunakan kedua persamaan ini, Hamiltonian untuk gerak relatif dapat ditulis sebagai

(1.77)
Hamiltonian  ini dapat diterapkan pada masalah yang penting dalam kimia. Marilah  kita melihat beberapa contoh dari persamaan gelombang, nilai eigen  energinya dan fungsi gelombang.
(1) Masa tereduksi dan tingkat energi dari atom hidrogen
Contoh  yang umum adalah pada atom hidrogen, yang merupakan sistem dengan 2  partikel yaitu sebuah proton dan sebuah elektron. Persamaan (1.71) akan  memberikan masa tereduksi dari sistem ini dengan masa dari proton adalah  M dan masa dari elektron adalah m sebagai berikut.

(1.78)
Karena  m/M adalah sebesar 1/1836, maka 1/M adalah sangat kecil dibandingkan  dengan 1/m dalam penyebut pada persamaan (1.78). Dengan pendekatan ini, 
? = m  dan karenanya Hamiltonian pada persamaan (1.72) dengan jelas sama  dengan gerakan elektron pada sebuah atom hidrogen dengan inti yang tetap  (model Bohr). Secara kaku, masa tereduksi ? haruslah digunakan tanpa  menggunakan m dalam pendekatan M ? ?. Hal yang lebih sesuai dengan  spektra yang diamati akan diperoleh oleh model Bohr jika kita  menggunakan ? dari pada menggunakan m.
Ketika persamaan (1.77) digunakan, nilai eigen energi yang memenuhi 
??? = E? menjadi sama dengan model Bohr yang menggunakan masa ? sebagai ganti dari m dan diberikan oleh persamaan berikut.

(1.79)

(1.80)
W
H  adalah energi ionisasi dari sebuah atom hidrogen. Konstanta Rydberg R  yang presisi dengan menggunakan masa tereduksi dinyatakan sebagai  berikut.

(1.81)
Persamaan ini untuk model Bohr akan ter edusi menjadi persamaan (1.24) ketika kita menggunakan 
? = m dalam pendekatan M ? ?. Sebagai catatan atas alasan ini, konstanta Rydberg dalam kasus M ? ? sering ditulis sebagai R?.
(2) Rotasi molekul sebuah molekul diatomik
Hamiltonian  pada persamaan (1.77) dapat diterapkan pada rotasi molekul dari sebuah  molekul diatomik di mana gerak rotasi terjadi di sekitar sebuah sumbu  yang mengenai pusat gravitasinya. Panjang r dari atom-atom yang terikat  disebut sebagai panjang ikatan dapat dibuat tetap pada titik  kesetimbangannya dan kita dapat mengabaikan gaya-gaya luar. Maka  kemudian, Hamiltonian untuk gerak rotasi sebuah diatomik molekul dapat  dinyatakan sebagai

(1.82)
I adalah momen inersia dan diberikan oleh

(1.83)
Masa tereduksi pada kasus ini adalah sama dengan pada persamaan (1.71) yaitu untuk masa dua partikel, m
1 dan m
2.  Persamaan (1.82) dapat diterapkan pada sebuah gerak melingkar dari  sebuah partikel dengan masa ?, yang dilekatkan pada satu sisi sebuah  tongkat yang kaku dengan panjang r, dan dengan posisi tetap pada sisi  lainnya yang menjadi titik awal koordinat. Gerak melingkar partikel ini  dibatasi pada permukaan sebuah bola. Sistem rotasi jenis ini disebut  sebagai rotor yang kaku (
rigid). Keadaan stasioner dari sebuah  rotor yang kaku atau rotasi molekular dinyatakan dengan fungsi gelombang  dari dua buah sudut ? dan ?.
Gambar 1.17 Tingkat-tingkat energi rotasi (a) dan spektrum rotasi, (b) Konstanta rotasi, H = (h)/(8??? 2 ?r 2). Aturan seleksi untuk transisi rotasi adalah ?J = ±1.
Dengan memecahkan persamaan 
??? = E? dengan persamaan (1.82), tingkat energi dapat diperoleh sebagai berikut (gambar 1.17).

(1.84)
Di  sini J adalah bilangan kuantum rotasi. Rumusan untuk tingkat-tingkat  energi rotasi dapat diterapkan pada rotasi molekular dari molekul  diatomik. Foton yang berkaitan dengan perbedaan energi antara tingkat  energi ke-J dan ke-J+1 yang dinyatakan dengan ?
E dapat diserap dan dipancarkan untuk mendapatkan spektra rotasi molekul.

(1.85)
Transisi  yang terjadi di antara tingkat-tingkat rotasi disebut sebagai transisi  rotasi. B dalam persamaan (1.85) disebut sebagai konstanta rotasi yang  didefinisikan sebagai berikut

(1.86)
Berkaitan dengan meningkatnya J = 0, 1, 2, 3,…, energi yang berkaitan dengan rotasi dan translasi dinyatakan sebagai ?
E dalam persamaan (1.85) meningkat dengan sebuah konstanta jarak yaitu (
h 2 / I)  . Dalam banyak kasus, spektra rotasi dari molekul muncul pada daerah  gelombang mikro dan infra merah. Ketika momen inersia I diperoleh dari  spektra yang diamati, panjang ikatan r dapat ditentukan dengan persamaan  (1.83) dengan mengetahui nilai dari masa tereduksinya. Meski analisa  dapat menjadi sangat rumit, struktur geometi dari molekul yang beratom  banyak dapat juga ditentukan dari spektar rotasinya. Gelombang  elektromagnetik dari media antar bintang dalam ruang angkasa mengandung  gelombang elektromganetik yang dipancarkan sebagai spektra rotasi  molekul. Probabilitas dari rotasi dan translasi bergantung pada  polarisasi listrik dari molekul. Rotasi dan translasi tidak dapat  terjadi pada molekul nitrogen dan hidrogen, karena molekul-molekul ini  tidak memiliki polari sasi listrik.
(3) Vibrasi molekul dari sebuah molekul diatomik
Hamiltonian  pada persamaan (1,77) dapat juga diterapakan pada vibrasi molekul dari  sebuah molekul diatomik yang merupakan gerak melentur dari panjang  ikatan r berada di sekitar jarak kesetimbangannya r
e. Dengan  menetapkan sudut rotasi ? dan ?, Hamiltonian untuk gerak vibrasi dari  sebuah molekul diatomik dinyatakan sebagai berikut.

(1.87)
Karena fungsi gelombang ?(r) adalah sebuah fungsi dari r yang memenuhi persamaan 
??? = E?, kita dapat menulis ?(r) dengan menggunakan sebuah fungsi ?(r) sebagai berikut.

(1.88)
Kemudian kita akan mendapatkan dari persamaan (1.87) persamaan berikut.

(1.89)
Untuk  gerak vibrasi yang mengikuti hukum Hooke, energi potensial U adalah  sebanding dengan kuadrat dari perpindahan Q dari posisi setimbangnya  (Gambar 1.18) dan ini diberikan oleh

(1.90)
Di  sini k adalah sebuah konstanta yang berkaitan dengan kekuatan pegas dan  disebut sebagai konstanta gaya. Perpindahan Q dinyatakan sebagai  perbedaan antara panjang ikatan r dan nilai kesetimbanganya r
e.

(1.91)
Dengan  menggunakan perpindahan Q sebagai variabel, fungsi gelombang untuk  gerak vibrasi dari sebuah molekul diatomik diekspresikan sebagai berikut

(1.92)
Dengan  memecahkan persamaan ini, tingkat energi untuk osilator harmonik satu  dimensi diberikan oleh persamaan berikut (Gambar 1.18)

(1.93)
Di  sini ? adalah bilangan kuantum vibrasi dan v adalah frekuensi  fundamental dari gerak vibrasi dan diberikan oleh rumusan berikut.

(1.94)
Frekuensi  ini adalah sama dengan frekuensi fundamental dari sebuah osilator  harmonik satu dimensi dengan konstanta gaya k dan masa tereduksi ?.  untuk sebuak osilator harmonik satu dimensi.
Gambar 1.18 Energi potensial U = ½kQ2 serta tingkat energi dan fungsi gelombang.
Dalam  kasus osilator harmonik klasik, energi pegas yang bervibrasi akan  berubah secara kontinyu. Sementara untuk sebuah osilator dalam teori  kuantum, hanya nilai-nilai energi yang terkuantisasi saja dalam  persamaan (1.93) yang diijinkan. Tingkat energi sebuah osilator harmonik  terpisah dengan jarak yang sama dan perbedaan energi 
hv disebut sebagai energi kuantum dari vibrasi. Energi dari keadaan dasarnya adalah 
E0= ½
hv  dan energi ini adalah satu setengah dari dari energi kuantum dari  vibrasi dan disebut sebgai energi vibrasi titik nol. Gerak vibrasi dalam  keadaan dasarnya disebut dengan osilasi titik nol.
Sebagaimana  dapat dilihat pada persamaan (1.94), vibrasi dari molekul berosilasi  perlahan untuk sistem yang masif dan cepat untuk sistem yang terikat  dengan kuat. Foton dari perbedaan energi antara tingkat energi ke-(?+1)  dan ke ? yang dinyatakan dengan ?E dalam persamaan (1.95) dapat diserap  atau dipancarkan untuk menghasilkan spektra vibrasi molekular.

(1.95)
Spektra  vibrasi dari molekul biasanya terdapat pada daerah infra merah. Vibrasi  molekul yang berkaitan dengan perubahan dari polarisasi listrik akan  cenderung untuk memiliki transisi vibrasi dengan peluang yang lebih  besar. Vibrasi tanpa perubahan dalam polarisasi listrik tidak akan  menunjukkan transisi-transisi vibrasi.
Meskipun detail dari fungsi  gelombang untuk osilator harmonik tidak dijelaskan di sini,  karakteristik umum mereka dapat dilihat pada gambar 1.18. Jumlah dari  titik nodal pada fungsi gelombang dari osilator harmonik akan meningkat  dengan meningkatnya bilangan kuantum, satu demi satu sama dengan yang  terjadi pada titik nodal pada sebuah partikel dalam kotak satu dimensi.
Posted in:  
 
0 komentar:
Posting Komentar